Tiga bulan berlalu setelah sesi konseling dengan psikolog lewat aplikasi Riliv. Tepatnya 17 Juli 2020, aku memutuskan kembali berkonsultasi dengan profesional. Saat itu Kinan sudah berusia dua tahun dua bulan. Aku mencoba konseling lewat aplikasi Grab, melalui fitur GrabHealth, untuk konsultasi dengan psikiater (lagi). Biayanya jauh lebih terjangkau dibanding aplikasi sebelumnya, untuk sekali sesi hanya bayar sebesar Rp. 25.000,- dengan durasi konseling satu jam. Harapanku dengan melakukan konseling ini adalah untuk lebih memahami apa yang salah dan langkah apa yang harus kuambil selanjutnya. Syukurnya di sesi konseling kali ini seperti mendapat pencerahan tentang apa yang sebenarnya terjadi padaku, penjelasannya sangat masuk akal.
Sebelum mulai konsultasi, aku
sebagai klien harus menceritakan secara singkat masalah apa yang sedang
dihadapi. Aku bercerita selama menjadi ibu rasanya sering sedih berkepanjangan,
bahkan ada titik dimana rasanya tidak ingin hidup lama-lama. Waktu anak berusia
10 bulan pernah konsultasi online dengan psikiater lalu didiagnosa gejala depresi.
Tapi aku pikir akan membaik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
Ternyata sampai anak berusia dua tahun lebih, rasanya makin parah. Yang
membuatku semakin khawatir dengan kondisi kesehatan mentalku adalah munculnya
gejala self harm atau menyakiti diri ketika sedang menangis atau merasa
kesal.
Kurang lebih percakapanku dengan
psikiater itu seperti ini…
Psikiater : Apakah ada
hal-hal atau masalah yang jadi beban pikiran anda akhir-akhir ini?
Aku :
Ada dok. Ayah saya baru saja kehilangan pekerjaan karena efek pandemi. Sedangkan
ibu saya juga sudah tidak berpenghasilan. Mereka bercerai ketika saya umur tiga
tahun. Saya merasa jadi anak yang tidak berguna. Karena seharusnya sebagai
sarjana satu-satunya dalam keluarga inti, saya bisa membantu finansial
keluarga. Tapi kenyataannya setelah lulus kuliah, saya malah seperti didorong
untuk segera menikah (karena calonnya sudah ada), lalu sekarang menjadi ibu
rumah tangga yang hanya mengandalkan pemasukan dari suami. Saya ingin bekerja
di luar rumah, tapi keadaan belum memungkinkan karena gak ada yang bisa dipercaya
untuk dititipkan anak sementara. Karena pandemi juga tempat penitipan anak pada
tutup. Saya jenuh dengan aktivitas di rumah yang itu-itu saja. Dalam hati saya
ingin berkarir, berkaya, berpenghasilan agar bisa membantu orang tua.
P : I see. Saya turut prihatin atas apa yang anda
rasakan ini ya. Pada dasarnya saya menilai mood atau respon emosi anda sendiri
sebenarnya sudah relatif tidak stabil atau berlebihan jika dibanding kebanyakan
orang. Sering juga tidak anda merasa hampa, kosong, seperti tidak yakin atau
ragu dengan apa yang anda inginkan sebelumnya?
A : Iya, betul itu dok. Saya juga sering merasa minder,
apalagi melihat teman-teman yang sibuk dengan karirnya masing-masing. Sedangkan saya cuma
bisa di rumah ngurus anak. Sering ada perasaan bahwa orang yang paling dibenci
dalam hidup adalah diri saya sendiri.
P : Begitu ya. Saat mood atau emosi anda sedang tidak
stabil, pernah juga tidak sampai terpikir atau ada ide untuk melukai diri atau
bunuh diri?
A : Melukai diri enggak dok, tapi menyakiti iya..
seperti memukul kepala sendiri atau memukul tembok. Ini sebenarnya pernah saya
lakukan waktu masa remaja sekitar SMP-SMA. Waktu kuliah saja yang tidak pernah.
Suicidal thoughts juga tidak ada, karena saya takut sakitnya. Yang saya
rasakan bukan keinginan untuk mati, tapi ketidakinginan untuk hidup.
P : Hmm ya, ya. Jadi begini bu, dari apa yang anda ceritakan
di atas, saya menilai pada dasarnya anda memiliki gangguan kepribadian borderline.
Kepribadian borderline ini ditandai dengan ciri utama emosi/mood yang
sering tidak stabil. Jadi dibanding orang lain, mood kita sudah lebih tidak
stabil duluan. Sehingga saat ada stressor/masalah yang buat orang lain biasa
saja, sudah bisa membuat kita depresi, cemas, atau overthinking, emosi
berliebihan, bahkan bisa sampai ada pikiran atau ide untuk melukai diri atau
bunuh diri.
A : Saya pernah baca tentang BPD ini dok, tapi gak berani
untuk self diagnose. (Note: BPD, Borderline Personality Disorder)
P : Nah, jadi intinya ada orang dengan kepribadian
borderline, karena mood atau emosinya memang sudah cenderung tidak stabil, yang
bersangkutan mudah mengalami depresi atau kecemasan berlebihan setiap ada masalah.
Termasuk yang anda alami saat ini. Memang ada tanda-tanda depresi pada diri
anda, akibat masalah yang anda pikirkan tersebut. Tetapi sebetulnya kalau kita
lihat kembali, masalah yang anda pikirkan itu lebih banyak ketakutan anda
sendiri, bukan masalah yang benar-benar terjadi. Karena cara berpikir anda, masalah
itu seolah tampak lebih berat dari yang seharusnya.
A : Berarti baiknya bagaimana dok? Saya ingin berobat,
tapi ditengah kondisi sekarang ini masih takut untuk ke rumah sakit, dok..
P : Kondisi ini bisa diperbaiki. Tapi memang
perlu ditangani langsung oleh psikiater dan terapi rutin dulu. Tidak bisa
berubah instan. Anda perlu mendapat terapi yang tepat berupa konseling rutin (untuk
memperbaiki cara berpikir anda terhadap beberapa hal yang tampaknya kurang
tepat) dan dibantu obat juga sementara ini. Jadi selanjutnya yang saya sarankan
memang anda sudah harus ke psikiater terdekat untuk mendapat konseling rutin
dan mendapat obat.
A : Berarti memang harus diobati ya dok.
P : Konseling rutin itu tujuannya perlahan-lahan
memperbaiki cara berpikir anda yang selama ini cenderung berlebihan, dan jadinya
malah merugikan anda sendiri. Semua hal anda pikirkan. Lalu memang pada kondisi
depresi dan kepribadian borderline juga sudah perlu dibantu obat. Mood atau
emosi itu pusatnya di otak, dipengaruhi beberapa zat atau hormone yang
terganggu keseimbangannya pada saat depresi. Supaya hormone dan zat-zat
tersebut stabil lagi, ya sudah perlu dibantu obat juga.
A : Baik dok, nanti saya akan usahakan untuk cari
psikiater terdekat.
P : Selain itu ada cara sederhana yang bisa anda
lakukan dan saya sarankan anda biasakan latih setiap hari, yang disebut teknik relaksasi.
Lakukan terutama saat kecemasan akan masalah muncul dan emosi sedang tidak stabil.
Begini caranya teknik relaksasi: saat rasa tidak nyaman itu datang,
mulai berdebar-debar misalnya atau mulai cemas, kesal, sedih, sakit hati, coba and
acari tempat tenang. Kemudian duduk/berdiri tegak, tarik nafas dalam dan
hembuskan perlahan, begitu terus selama 5-10 menit non stop.
A : Noted dok, saya akan praktekkan. Saya akhir-akhir
ini juga kehilangan nafsu makan dan minat terhadap hal yang saya sukai
sebelumnya.
P : Iya, depresi memang efeknya bisa kemana-mana. Termasuk
ada keluhan fisik seperti orang sakit fisik, tidak dapat menikmati semua hal
yang biasanya anda sukai, pikiran pesimis atau negative terus, sulit konsentrasi
dan membuat keputusan yang tepat, sehingga jadinya mengganggu semua sendi
kehidupan sehari-hari, dan bisa berbahaya kalau sudah ada pikiran atau ide
untuk melukai diri atau bunuh diri. Kalau tidak diobati maka tidak akan sembuh
sembuh. Dan semakin lama akan semakin berat rasanya.
A : Berobat ini bisa pakai BPJS gak ya dok?
P : Bisa. Kalau anda ingin menggunakan BPJS, berarti
memang harus ke rumah sakit pemerintah atau rumah sakit yang bekerja sama
dengan BPJS. Paling gampang yang sebetulnya berobat ke RSUD setempat saja.
Umumnya saat ini setiap RSUD sudah punya psikiater. Di setiap RSUD juga bisa
menggunakan BPJS. Dengan BPJS, semua biaya konsultasi dan obatnya ditanggung
kok.
A : Baik dok, terima kasih banyak atas penjelasannya. Sangat
membantu sekali dan berguna untuk Langkah yang saya ambil ke depannya.
----------------------------------------------------------